Peringatan Malam Nisfu Syaban
WAKAFDT.OR.ID | Peringatan malam pertenganan bulan Syaban atau Nisfu Syaban selalu menjadi perdebatan setiap tahunnya. Satu golongan dengan terang-terangan memperingatinya dengan membaca doa bersama, bahkan shalat bersama di masjid.
Sementara itu, golongan lainnya meyakini bahwa peringatan malam Nisfu Syaban merupakan bid’ah yang harus dihindari. Mereka meyakini peringatan malam Nisfu Syaban tidak dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam (Saw) dan para sahabat.
Dalam Lathaif Al-Ma’arif, Ibnu Rajab rh mengatakan, “Hadits yang menjelaskan keutamaan malam Nisfu Syaban ada beberapa. Para ulama berselisih pendapat mengenai statusnya.
“Kebanyakan ulama mendhaifkan hadits-hadits tersebut. Ibnu Hibban menshahihkan sebagian hadits tersebut dan beliau masukkan dalam kitab shahihnya.”
Di antara hadist tentang malam Nisfu Syaban, yaitu hadist dari Aisyah ra, “Aisyah ra berkata: “Saya kehilangan Rasulullah Saw, tiba-tiba beliau berada di Baqi’ sambil mengangkat kepala ke langit”. Beliau berkata: “Apakah engkau takut engkau dizalimi oleh Allah dan Rasul-Nya?” Saya menjawab: “Ya Rasulullah, saya menyangka engkau mendatangi sebagian istri engkau”.
Beliau besabda: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi turun pada malam Nisfu Sya’ban ke langit dunia, maka Allah swt mengampunkannya lebih banyak dari bulu domba Bani Kalb.” (HR. Imam Ahmad. At-Tirmidzi berkata: “Imam Al-Bukhari mendha’ifkan hadits ini.”)
Hadits lainnya adalah hadist dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Saw bersabda, “Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. At-Tabrani & Ibnu Hibban)
Penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi, Abu Al-Ula Muhammaf Abdurrahman bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri menjelaskan, “Pada sanad hadits Abu Musa Al-Asy’ari yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah terdapat Lahi’ah dan ia adalah perawi yang dinilai dha’if.”
Baca juga: Siapkan Ramadhan dengan Amalan di Bulan Syaban
Al-Imam Al-Qasthalani rahimahullah (rh) menjelaskan awal mula adanya peringatan malam Nisfu Sya’ban dalam kitabnya Al-Mawahib Al-Laduniyah:
“Tabi’in tanah Syam seperti Khalid bin Ma’dan dan Makhul, mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam Nisfu Syaban. Nah, dari mereka inilah orang-orang kemudian ikut mengagungkan malam Nisfu Syaban.
“Dikatakan, bahwa telah sampai kepada mereka atsar israiliyat (kabar atau cerita yang bersumber dari ahli kitab, Yahudi dan Nasrani yang telah masuk Islam) tentang hal tersebut.
“Kemudian ketika perayaan malam Nisfu Syaban viral, orang-orang berbeda pandangan menanggangapinya. Sebagian menerima, dan sebagian lain mengingkarinya.
“Mereka yang memgingkari adalah mayoritas ulama Hijaz, termasuk dari mereka Atha’ dan Ibnu Abi Malikah. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha Madinah menukil pendapat bahwa perayanan malam Nisfu Syaban seluruhnya adalah bid’ah. Ini juga merupakan pendapat Ashab Maliki dan ulama selainnya.”
Terkait cara pelaksanaan peringatan Malam Nisfu Syaban, Al-Imam Al-Qasthalani rh menyebutkan, ulama Syam terbagi menjadi dua golongan, yakni pertama, golongan yang meyakini disunahkan menghidupkan malam Nisfu Syaban secara jamaah di masjid.
Kedua, golongan yang meyakini dimakruhkan berkumpul di dalam masjid-masjid untuk menghidupkan malam Nisfu Syaban dengan shalat, berdoa dan menyampaikaan kisah-kisah teladan, namun tidak dimakruhkan shalat sendiri.
Dalam Majmu’ Al-Fatawa, Ibnu Taimiyah ra menjelaskan, “Jika seseorang shalat pada malam nisfu sya’ban sendiri atau di jama’ah yang khusus sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian salaf, maka itu suatu hal yang baik.
“Adapun jika dilakukan dengan kumpul-kumpul di masjid untuk melakukan shalat dengan bilangan tertentu, seperti berkumpul dengan mengerjakan shalat 1000 raka’at, dengan membaca surat Al Ikhlas terus menerus sebanyak 1000 kali, ini jelas suatu perkara bid’ah, yang sama sekali tidak dianjurkan oleh para ulama.”
Ibnu Taimiyah menegaskan, “Adapun tentang keutamaan malam nisfu Syaban terdapat beberapa hadits dan atsar, juga ada nukilan dari beberapa ulama salaf bahwa mereka melaksanakan shalat pada malam tersebut.
“Jika seseorang melakukan shalat seorang diri ketika itu, maka ini telah ada contohnya di masa lalu dari beberapa ulama salaf. Inilah dijadikan sebagai pendukung sehingga tidak perlu diingkari.”
Baca juga: Manifesting, Bolehkan dalam Islam?
Kesimpulannya, malan Nisfu Syaban memiliki keutamaan seperti malam-malam lainnya di bulan Syaban. Peringatan malam Nisfu Syaban berasal dari segolongan Tabi’in di Syam yang saat ini menjadi negara Suriah.
Mengangungkan malam Nisfu Syaban seperti malam-malam lainnya di bulan Syaban dengan memperbanyak ibadah yang sudah disunahkan dengan cara yang sudah disunahkan juga, termasuk qiyamulail, sangat diajurkan. Wallahu Alam Bishawab (AID)
Sumber: NUOnline, Rumaysho
Peringatan Malam Nisfu Syaban Read More »