Yayasan Daarut Tauhiid

Isra Mikraj

isra mikraj

Memaknai Isra Mikraj dengan Tazkiyatun Nafs

WAKAFDT.OR.ID | Isra berarti perjalanan malam Nabi Muhammad dari Masjidil Haram Mekah al-Mukarramah menuju Masjidil Aqsha Baitul Maqdis Palestina, sedangkan Mikraj berarti perjalanan lanjutan Nabi dari Masjidil Aqsha naik langit ke tujuh hingga ke Sidratul Muntaha.

Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah, sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mikraj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah ra meninggal pada bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu.

Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mikraj.

Sebelum melakukan perjalanan Isra Mikraj, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dibedah dadanya dan dibersihkan hatinya oleh Malaikat Jibril.

Hikmah yang bisa dipetik dari hal tersebut adalah beruntungnya orang yang membersihkan jiwa itu. Mereka dekat dengan Allah, sebagaimana Rasulullah menemui Allah dalam peristiwa Isra Mikraj.

Setiap muslim bisa “Mikraj”, yaitu dekat dengan Alloh. Caranya adalah dengan melakukan tazkiyatun nafs, yakni membersihkan hati dari segala penyakit sehingga menjadi qalbun salim.

Qalbun salim merupakan hati bersih yang ditunjukkan dengan pribadi yang tidak takut selain kepada Allah dan tidak sedih dengan urusan dunia berikut isinya.

Sehebat apapun shalat, sehebat apapun puasa, kalau hati kotor karena tidak ikhlas, tidak ada pahalanya. Jadinya penting untuk punya qalbun salim kalau ingin selamat. Hati yang bersih tidak begitu saja didapat, tetapi bisa didapat dengan riyadoh dengan tazkiyatun nafs.

qalbun salim bisa diraih dengan ilmu dan rajin evaluasi diri setiap waktu. Imam Ibnu Qoyim mengatakan kalau waktu tidak diisi kebaikan, maka pasti diisi kemaksiatan atau kesia-siaan.

Oleh karena itu, waktu harus diisi dengan amalan-amalan bermanfaat yang membersihkan hati. Mari kita maknai Isra Mikraj untuk lebih membersihkan hati dari segala penyakit hati dengan melakukan amalan-amalan bermanfaat untuk membersihkah hati. Wallahu a’lam bishowab. (AID)

Sumber: daaruttauhiid.org, kemenag.go.id, uinmadura.ac.id, fahum.umsu.ac.id

Memaknai Isra Mikraj dengan Tazkiyatun Nafs Read More »

nama lain bulan Rajab

Hikmah Peristiwa Isra Mikraj bagi Umat Islam

WAKAFDT.OR.ID | Semua peristiwa yang terjadi dalam sejarah Islam memiliki hikmah yang bisa diambil sebagai pelajaran setiap umat muslim. Salah satunya adalah peristiwa Isra Mikraj yang telah disebutkan di dalam Al-Qur’an dan hadits.

Meskipun peristiwa Isra Mikraj hanya dialami oleh bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam, Namun terdapat sejumlah hikmah yang dapat diambil dari peristiwa tersebut. Adapun hikmah dari peristiwa Isra Mikraj di antaranya sebagai berikut:

Pertama, memahami bahwa perintah shalat lima waktu merupakan sebuah ibadah penting bagi umat Islam. Shalat telah ditetapkan menjadi bagian rukun Islam yang harus ditegakan dan amalan yang pertama kali dihisab di hadapan Allah, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahuanhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Yang paling pertama dihisab pada seorang hamba di hari kiamat adalah shalat . Jika (shalat nya) baik, maka baiklah seluruh amalnya, sedangkan jika (shalat nya) buruk, maka buruklah seluruh amalnya.” (HR. Muslim)

Kedua, mengetahui betapa besarnya rahmat Allah Ta’ala dan kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam kepada umatnya, sehingga jumlah shalat dikurangi dari 50 waktu menjadi lima waktu.

Ketiga, menunjukan begitu besarnya kekuasaan Allah yang mampu memperjalankan seorang hamba dari masjid Al-Haram ke masjid Al-Aqsa, kemudian dari masjid Aqsa ke Siratul Muntaha dengan kecepatan waktu di luar nalar manusia.  

Karena di luar nalar akal manusia dibutuhkan keimanan untuk mempercayainya, bahwa kejadian tersebut adalah mukjizat nyata yang datang dari Allah.

Keempat, mengetahui bahwa shalat merupakan dialog langsung antara seorang hamba dengan Rabbnya, sama seperti ketika Rasulullah bertemu dengan Allah Ta’ala saat Isra Mikiraj.Demikian hikmah dari peristiwa Isra Miraj yang bisa dipetik oleh umat Islam, terutama dalam ibadah shalat. Semoga kita tidak mudah meninggalkan shalat dengan alasan apapun itu.

Sumber: daaruttuahiid.org

Baca juga: Memetik Hikmah dari Kehidupan Cicak

Hikmah Peristiwa Isra Mikraj bagi Umat Islam Read More »

isra mikraj

Isra Mikraj, Kisah Fenomenal dalam Sejarah Islam

WAKAFDT.OR.ID | Isra Mikraj merupakan kisah fenomenal dalam sejarah Islam dan era kenabian. Perjalanan suci yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam ini menjadi titik balik kebangkitan dakwah Rasulullah.

Isra dan Mikraj adalah 2 kata yang mempunyai arti yang berbeda. Kata Isra menurut bahasa artinya perjalanan di malam hari (al-Munawwir: 1984:671). Sedangkan kata Miraj bermakna tangga untuk naik ke atas (al-Munawwir: 1984:981).

Pengertian Isra yang dimaksud ialah perjalanan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjid al-Aqsha di Palestina. Sedangkan arti kata Mikraj adalah perjalanan menuju ke Sidratul Muntaha.

Sidratul Muntaha merupakan sebuah tempat di atas langit yang tertinggi. Langit tersebut bersifat ghaib dan tidak terjangkau oleh pikiran manusia.

Isra Mkiraj adalah dua perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam dalam satu malam. Malaikat Jibril turut menemani perjalanan ini Nabi Muhamaad dengan mengendarai buraq.

Dalam pemikiran manusia, peristiwa tersebut sulit diterima oleh akal sehat. Namun kenyataannya, Rasullullah diberangkatkan dari Makkah ke Masjid Al-Aqsa, kemudian berlanjut ke Sidratul Muntaha telah disebutkan dalam Al-Qur’an, Surah Al-Isra’ dan An-Najm, yang artinya:

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra: 1).

“Maka, apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm:12-18).

Isra Mikraj bukan sekedar perjalanan biasa bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Tetapi menjadi puncak perjalanan seorang hamba untuk bertemu dengan sang pencipta, sehingga Isra miraj menjadi peristiwa penting yang selalu dimeriahkan dengan acara kajian akbar atau majelis ilmu.

Semoga dengan mengingat peristiwa Isra Mikraj, semakin memotivasi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui perintah shalat.

Sumber: daaruttauhiid.org

Baca juga: Belajar Memakmurkan Masjid Dari Isra-nya Rasulullah

Isra Mikraj, Kisah Fenomenal dalam Sejarah Islam Read More »