Wakaf Daarut Tauhiid

Sarapan yang Bukan Sekadar Sarapan

Setiap pagi, suasana depan Super Mini Market (SMM) Daarut Tauhiid tak pernah sepi. Di antara deretan booth makanan, satu tempat tampak selalu ramai dikerumuni mahasiswa, santri, hingga warga sekitar yang ingin mengisi energi sebelum memulai aktivitas. Salah satu pelanggan setianya adalah Nida (21), mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

“Aku sih paling sering pesan nasi kuning, tapi kadang juga suka ganti suasana—nasi uduk atau lontong kari juga enak,” kata Nida, mahasiswi UPI yang sudah langganan sarapan di sana sejak ngekos di daerah Gegerkalong.

Setiap pagi, Nida menyempatkan diri untuk mampir sarapan. Terkadang ia datang sendirian, terkadang bersama teman kost atau rekan kuliahnya. “Kadang sarapan sendiri, kadang bareng temen kos atau anak kelas. Seru aja gitu, sambil ngobrol-ngobrol pagi,” ucapnya santai.

Yang menarik, Nida belum lama ini baru mengetahui bahwa booth makanan tempat ia rutin sarapan ternyata bukanlah usaha kuliner biasa. Booth tersebut dikelola oleh Beliafood, salah satu unit usaha dari Berkah Mulia Abadi (BMA) yang merupakan bagian dari aset wakaf produktif milik Lembaga Wakaf Daarut Tauhiid.

“Serius, aku baru tahu banget kalau ini tuh bagian dari aset wakaf,” ujar Nida sambil tertawa kecil. “Kupikir cuma booth makanan biasa aja. Tapi pas dikasih tahu, langsung ngerasa, ‘Wah keren juga ya, aku ikut bantu wakaf lewat sarapan.’”

Bagi Nida, informasi itu menjadi motivasi tersendiri. Sarapan kini tak lagi sekadar rutinitas untuk mengisi perut, tetapi juga menjadi bagian dari kontribusinya dalam memakmurkan wakaf. “Sekarang rasanya beda sih. Sarapan di sini jadi lebih bermakna. Nggak cuma kenyang, tapi juga ikut nyumbang buat hal baik,” katanya dengan semangat.

Program wakaf produktif seperti ini adalah bagian dari komitmen Daarut Tauhiid untuk menghadirkan solusi pemberdayaan ekonomi umat berbasis wakaf. Lewat unit usaha seperti Beliafood, hasil pengelolaan wakaf tidak hanya berputar untuk operasional, tetapi juga berdampak sosial. Mulai dari membuka lapangan kerja hingga membantu dakwah dan pendidikan.

Mungkin Nida hanya ingin sarapan pagi, tapi tanpa sadar, ia ikut andil dalam rantai kebaikan yang lebih besar. Sebuah sarapan yang ternyata punya nilai lebih. Bukan hanya untuk tubuh, tapi juga untuk umat. (Cahya)